
Fermentum di Sekepanjang.. rumah ini pernah menjadi tempat belajar para frater sebagaimana orang biasa
Dalam suatu kesempatan konferensi kornunitas seminari dengan Bapak Uskup, muncul banyak usulan nama untuk seminari yang baru “lahir” ini. Ada yang mengusulkan nama CN-G84. Nama ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan CN-235 atau pesawat sejenisnya. CN-G84 adalah singkatan dari “CaangNa Gusti 1984”. Deretan kata-kata dari bahasa Sunda ini artinya Terang Tuhan 1984. Terang Tuhan diambil dari motto Bapa Uskup “In lumine Tuo” yang artinya “Dalam TerangMu”. Namun nama ini dirasa kurang enak didengar, diucapkan, maupun dicerna. Muncul nama “Fermentum” yang dikutip dari bagian akhir surat pengangkatan Uskup Bandung dari Paus. Akhirnya nama inilah yang disepakati bersama.
Dengan nama ini diharapkan para serminaris dapat menjadi ragi dalam kehidupan menggereja maupun bermasyarakat. Bapak Uskup sendiri mengharapkan agar nantinya imarn-imam yang muncul tidak hanya berperan sebagai “modin”, pelayan ibadat dan Sabda; lebih dan itu diharapkan muncul pastor-pastor “pasar” yang benar-benar melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat secara luas. Untuk memperkuat perjalanan mewujudkan harapan ini, para frater memilih St. Yohanes Pembaptis sebagai pelindung seminari. St. Yohanes Pembaptis adalah perintis jalan kehadiran Tuhan di dunia. Dialah yang mempersiapkan kehadiran Keselamatan di dunia. Diharapkan semangatnya menjadi pendorong karya para frater di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.
Harapan ini rasanya tidak berlebihan dan cukup realistis. Melihat keberadaan Gereja Keuskupan Bandung di Jawa Barat sepanjang perjalanannya. Kiranya yang selalu menjadi persoalan adalah bagaimana Gereja mau hadir di tengah-tengah masyarakat. Untuk menjawab tantangan ini, para frater berupaya berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Ada yang mengikuti kegiatan-kegiatan Karang Taruna di kampung sebagai wujud dan niat meragi di tengah masyarakat. Beberapa frater membantu anak-anak di kampung dalam belajar bahasa Inggris, matematika, dli. Dalam cakupan yang lebih luas, ada juga frater yang berusaha menjadi teman bagi kaum kecil seperti gelandangan, anak jalanan. pemulung, tukang becak, dan buruh. Tentu kegiatan-kegiatan Gerejani seperti Legio Maria atau Antiokhia atau sejenisnya tidak dilupakan.
Dalam suatu kesempatan konferensi kornunitas seminari dengan Bapak Uskup, muncul banyak usulan nama untuk seminari yang baru “lahir” ini. Ada yang mengusulkan nama CN-G84. Nama ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan CN-235 atau pesawat sejenisnya. CN-G84 adalah singkatan dari “CaangNa Gusti 1984”. Deretan kata-kata dari bahasa Sunda ini artinya Terang Tuhan 1984. Terang Tuhan diambil dari motto Bapa Uskup “In lumine Tuo” yang artinya “Dalam TerangMu”. Namun nama ini dirasa kurang enak didengar, diucapkan, maupun dicerna. Muncul nama “Fermentum” yang dikutip dari bagian akhir surat pengangkatan Uskup Bandung dari Paus. Akhirnya nama inilah yang disepakati bersama.
Dengan nama ini diharapkan para serminaris dapat menjadi ragi dalam kehidupan menggereja maupun bermasyarakat. Bapak Uskup sendiri mengharapkan agar nantinya imarn-imam yang muncul tidak hanya berperan sebagai “modin”, pelayan ibadat dan Sabda; lebih dan itu diharapkan muncul pastor-pastor “pasar” yang benar-benar melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat secara luas. Untuk memperkuat perjalanan mewujudkan harapan ini, para frater memilih St. Yohanes Pembaptis sebagai pelindung seminari. St. Yohanes Pembaptis adalah perintis jalan kehadiran Tuhan di dunia. Dialah yang mempersiapkan kehadiran Keselamatan di dunia. Diharapkan semangatnya menjadi pendorong karya para frater di tengah-tengah Gereja dan masyarakat.
Harapan ini rasanya tidak berlebihan dan cukup realistis. Melihat keberadaan Gereja Keuskupan Bandung di Jawa Barat sepanjang perjalanannya. Kiranya yang selalu menjadi persoalan adalah bagaimana Gereja mau hadir di tengah-tengah masyarakat. Untuk menjawab tantangan ini, para frater berupaya berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Ada yang mengikuti kegiatan-kegiatan Karang Taruna di kampung sebagai wujud dan niat meragi di tengah masyarakat. Beberapa frater membantu anak-anak di kampung dalam belajar bahasa Inggris, matematika, dli. Dalam cakupan yang lebih luas, ada juga frater yang berusaha menjadi teman bagi kaum kecil seperti gelandangan, anak jalanan. pemulung, tukang becak, dan buruh. Tentu kegiatan-kegiatan Gerejani seperti Legio Maria atau Antiokhia atau sejenisnya tidak dilupakan.
No comments:
Post a Comment