Citepus tahun-tahun pertama..
Dalam sejarahnya, dinamika acara Seminari Tinggi Fermentum ditentukan bukan oleh rektor atau pembimbing. Gerak Seminari ditentukan oleh kesepakatan para penghuninya dengan didampingi oleh rektor. Kemandirian, kedewasaan, dan tanggung jawab sungguh-sungguh diuji dan diasah di sini. Semuanya diatur oleh komunitas frater karena mereka sendirilah yang mengetahui segala kegiatannya. Tanggung jawab sejauhmana kesepakatan itu dibuat dan ditaati dikembalikan kepada masing-masing pribadi. Rektor selaku pembimbing menjadi kawan seperjalanan dalam pergulatan hidup panggilan.
Vlsi memang digariskan dalam perbincangan dengan Bapak Uskup dan para pastor praja. Sekarang tinggal bagaimana para frater berusaha mengatikulasikannya dalam kegiatan rohani, pastoral, studi, dan sehari-hari, Ada banyak cara untuk membuat vlsi menjadi imam yang pergi ke ‘pasar’ dan imam yang mendorong umatnya untuk pergi ke ‘pasar’ terinternalisas dalam diri para frater. Internalisasi ini diternpuh dengan formatio.
Supaya para frater mampu mengajar seperti dalam diri Yesus sendiri terdapat aspek Guru dalam karyaNya maka mengajar SD, SMP, Bina Iman, P1, SMU, Katekumen, dan Persiapan Komuni Pertama dimasukkan dalam kegiatan pastoral para frater. Aspek kepemimpinan pelayanan dibina dalam kegiatan-kegiatan pendampingan kelompok-kelompok kategorial.
Dalam kehidupan seminari, banyak acara yang diadakan sebagai sarana melatih diri. Sharing, Ibadat harian, Perayaan Ekaristi, Olah Raga komunitas, Rekolcksi bulanan, makan bersama, Latihan Koor. Konferensi. Rapat Keluarga, Wawasan, rekreasi bersama, Kunjungan Keluarga, Retret tahunan, Sharing Kitab Suci, dan segala acara seminari merupakan bentuk-bentuk yang digunakan menggembleng diri supaya semakin memahami makna panggilan.
Sebagai sarana transportasi berkarya dan belajar, disediakan sepeda bagi para frater masing-masing satu buah, Dengan sepeda inii acara-acara seperti kunjungan keluarga, kuliah, dan pastoral dijalankan. Selain melatih kesabaran, kesederhanaan, dan kerendahan hati diharapkan pula bahwa dengan banyak menggenjot sepeda, para frater semakin sehat badannya. Men sana in corpore sono. kata pepatah.
Kekuatan menjalani kehidupan diperoleh pula dan mereka yang sama-sama sepanggilan dan se-unit. Untuk itu, sering diadakan sharing panggilan ataupun sharing kehidupan dalam unit. Acara ini diadakan supaya para penghuni satu unit semakin mengenal dalam masing masing pribadi. terjalin interaksi ang intensif sehingga dapat saling meneguhkan, saling membantu, dan saling menegur. Suasana keluarga dibentuk dengan komunitas kecil supaya para frater pun sernakin merasai makna kebersamaan. Kekeluargaan diciptakan untuk mewujudkan komunitas basis gerejani. Church is a dynamic community of communities.
Menjadi seorang imam sedikit-sedikit harus bisa menyanyi. Untuk itu perlu diadakan latihan koor terutama lagu-lagu gerejani . Selain itu, dengan latihan koor ini, para frater diharapkan mampu mengasah sense of music-nya agar juga peka menangkap tanda-tanda kasih Allah dalam Iingkungan ini dan dalam diri sesamanya.
Seminggu sekali, para frater latihan koor mempersiapkan kidung untuk ibadat dan perayaan ekaristi. Dalam acara-acara insidental yang agak besar dan khusus, sperti penjubahan, jika anggotanya lengkap, koornya adalah para frater.
Tidak jarang pula selama dalam perjalanan kehidupan panggilan di Seminari, ada yang menemukan bahwa imamat bukanlah panggilan hidupnya. Oleh karena itu mereka mengundurkan diri dari Seminari. Mereka yang mundur pun rekan-rekan kami dan tetap menjadi rekan perjalanan. Saling memperkaya motivasi panggilan dan meneguhkan panggilan dalam menempuh kehidupan, diadakan acara perpisahan.
Orientasi Rohani dan Skolastik, saat ini terpaksa digabung dalam satu seminari meskipun beda unit. Hal ini dilakukan mengingat Seminari Tinggi Ji Suryalaya Sari hendak digunakan sebagai kantor komisi-komisi. Lagi pula masih banyak unit yang kosong di Fermentum Citepus ini. Akhirnya memang diputuskan bahwa TOR digabung di Citepus.
Ada beberapa acara yang dilakukan bersamasama seperti konferensi, olah raga, dan perayaan ekaristi pada hari-hari tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan, masing-masing mempunyai warna acara tersendiri.
Konferensi diperlukan supaya setiap kegiatan bersama dapat dilihat sejauh mana kegiatan tersebut berdaya guna bagi perkembangan pribadi masing - masing frater. Kegiatan pastoral yang dilakukan pun perlu mendapat bimbingan sejauh mana semuanya itu mendukung panggilan imamat. Dalam forum mi, setiap frater diberi kesem-patan untuk menyatakan gagasannya terhadap rencanarencana kegiatan yang akan dilaku-kan bersama. Kami meran-cang kegiatan kami sendiri, kami yang melak-sanakan dan kami pula yang mengevaluasinya.
Untuk mengembangkan kerja sama antarfratcr, dibentuklah seksi-seksi yang disebut kebidelan. Kami mencoba untuk bertanggung jawab terhadap setiap kebidelan yang ditangani masing-masing frater. Kami mengembangkan diri kami maka tugas apa pun jadilah. Mereka yang belum mahir dalam soal pelistrikan, harus belajar dengan menjadi bidel listrik.
Kerja adalah sesuatu yang tidak boleh terlewatkan. Membersihkan rumh, mengepel, menyiram bunga dan tanaman, menyapu, mengatur ruangan, kosek WC, kuras bak kamar mandi, menyedot debu, semua pekerjaan tangan harus dilakoni agar tangan semakin terampil dan hati semakin diasah kepekaan dan kerendahannya. Sejauh manakah engkau rela melayani kawanku? 1 2… 3.... ayo pegang alat kerja masing-masing, kita bekerja tak jemu-jemu!!! Bekerja yang dilakukan umumnya per unit sehingga ini mendukung vlsi dibentuknya pola unit bahwa di dalam unit terjadi interaksi yang lebih intensif dalam bekerja sama, tolong menolong, dan toleransi.
Setelah lelah seharian bekerja dan belajar, wajar bila sebentar melepaskan penat dengan rekreasi. Ya ngobrol, ya nonton televisi, ya baca-baca. Rekreasi dan relaksasai mewarnai kehidupan para frater. Nonton televisi hanya diijinkan pada hari Rabu malam, Sabtu malam, Minggu, dan pada hari-hari khusus. Itu saja dirasa cukup bagi para frater.
Selain rekreasi pribadi macam nonton TV seperti itu, kadang-kadang para frater mengadakan acara rekreasi bersama dengan pergi ke suatu tempat rekreasi, ke pantai, ke kawah, ke hutan, ke danau, atau ke gunung. Semua itu dijalani supaya para penghuni Fermentum dapat mengen-dorkan syaraf otak sembari mengenal dan menjalin persahabatan yang lebih akrab di antara para frater sendiri.
Salah satu acara yang tak kalah penting adalah ziarah. Para frater di bulan Oktober atau Mei pergi ke tempat ziarah. Peziarahan adalah suatu usaha penyadaran din bahwa seperti itulah hidup. Ada sesuatu yang harus dicapai yaitu Knistus, Peziarahan adalah refleksi batin perjalanan hidup manusia di dunia ini Hendak ke mana engkau?, itulah pertanyaan yang ingin direnungkan di hadapan Allah. Dalam peziarahan mi pula ditumbuhkan semangat bela nasa, bagaimana penderitaan dialami oleh Knistus sehingga kita pun dapat turut serta dalam sengsara-Nya dalam jalan hidup panggilan kita masing-masing.
Ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama, ada pula hal-hal yang mesti dilakukan sendiri. Bersih-bersih rumah, cuci perabotan, membereskan dan memperindah kebun, apalagi latihan koor, dilakukan secara bersama-sama dan dalam semangat kebersamaan Banyak keuntungan yang diraih dan aktivitas bersama ini, hubungan antar saudara makin akrab, satu sama lain dapat saling mengenal dan dikenal, dan semua yang dikerjakan pun terasa lebih ringan dan lebih indah. Yang Iebih penting lagi, bekerja bersama dapat saling menguatkan dan meneguhkan para frater dalam menjalani masa ‘perjuangan” bersama-sama. Dengan demikian, kebersamaan fisik, meski tetap penting, bukanlah tujuan utama yang hendak dituju. Yang pertama-tama ingin dicapai adalah kebersamaan hati yang mendorong semua anggota komunitas untuk berkembang bersama.
Untuk membantu perkembangan pribadi, para frater juga diberi keleluasaan untuk mengatur aktivitas harian yang bersifat pribadi. Waktu doa, meditasi, bacaan rohani, studi, pelayanan “pastoral”, pengaturannya diserahkan kepada tiap-tiap frater sendiri. Tentu hal ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi para frater. Selalu ditegaskan bahwa penyerahan manajemen pribadi tidak berarti setiap frater bisa bebas berbuat sesuka hati, juga tidak berarti bahwa Rektor berlepas tangan. Setiap frater sendirilah yang mengetahui proporsi kebutuhan masingmasing: berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk doa, studi, dan sebagainya.
Dalam sejarahnya, dinamika acara Seminari Tinggi Fermentum ditentukan bukan oleh rektor atau pembimbing. Gerak Seminari ditentukan oleh kesepakatan para penghuninya dengan didampingi oleh rektor. Kemandirian, kedewasaan, dan tanggung jawab sungguh-sungguh diuji dan diasah di sini. Semuanya diatur oleh komunitas frater karena mereka sendirilah yang mengetahui segala kegiatannya. Tanggung jawab sejauhmana kesepakatan itu dibuat dan ditaati dikembalikan kepada masing-masing pribadi. Rektor selaku pembimbing menjadi kawan seperjalanan dalam pergulatan hidup panggilan.
Vlsi memang digariskan dalam perbincangan dengan Bapak Uskup dan para pastor praja. Sekarang tinggal bagaimana para frater berusaha mengatikulasikannya dalam kegiatan rohani, pastoral, studi, dan sehari-hari, Ada banyak cara untuk membuat vlsi menjadi imam yang pergi ke ‘pasar’ dan imam yang mendorong umatnya untuk pergi ke ‘pasar’ terinternalisas dalam diri para frater. Internalisasi ini diternpuh dengan formatio.
Supaya para frater mampu mengajar seperti dalam diri Yesus sendiri terdapat aspek Guru dalam karyaNya maka mengajar SD, SMP, Bina Iman, P1, SMU, Katekumen, dan Persiapan Komuni Pertama dimasukkan dalam kegiatan pastoral para frater. Aspek kepemimpinan pelayanan dibina dalam kegiatan-kegiatan pendampingan kelompok-kelompok kategorial.
Dalam kehidupan seminari, banyak acara yang diadakan sebagai sarana melatih diri. Sharing, Ibadat harian, Perayaan Ekaristi, Olah Raga komunitas, Rekolcksi bulanan, makan bersama, Latihan Koor. Konferensi. Rapat Keluarga, Wawasan, rekreasi bersama, Kunjungan Keluarga, Retret tahunan, Sharing Kitab Suci, dan segala acara seminari merupakan bentuk-bentuk yang digunakan menggembleng diri supaya semakin memahami makna panggilan.
Sebagai sarana transportasi berkarya dan belajar, disediakan sepeda bagi para frater masing-masing satu buah, Dengan sepeda inii acara-acara seperti kunjungan keluarga, kuliah, dan pastoral dijalankan. Selain melatih kesabaran, kesederhanaan, dan kerendahan hati diharapkan pula bahwa dengan banyak menggenjot sepeda, para frater semakin sehat badannya. Men sana in corpore sono. kata pepatah.
Kekuatan menjalani kehidupan diperoleh pula dan mereka yang sama-sama sepanggilan dan se-unit. Untuk itu, sering diadakan sharing panggilan ataupun sharing kehidupan dalam unit. Acara ini diadakan supaya para penghuni satu unit semakin mengenal dalam masing masing pribadi. terjalin interaksi ang intensif sehingga dapat saling meneguhkan, saling membantu, dan saling menegur. Suasana keluarga dibentuk dengan komunitas kecil supaya para frater pun sernakin merasai makna kebersamaan. Kekeluargaan diciptakan untuk mewujudkan komunitas basis gerejani. Church is a dynamic community of communities.
Menjadi seorang imam sedikit-sedikit harus bisa menyanyi. Untuk itu perlu diadakan latihan koor terutama lagu-lagu gerejani . Selain itu, dengan latihan koor ini, para frater diharapkan mampu mengasah sense of music-nya agar juga peka menangkap tanda-tanda kasih Allah dalam Iingkungan ini dan dalam diri sesamanya.
Seminggu sekali, para frater latihan koor mempersiapkan kidung untuk ibadat dan perayaan ekaristi. Dalam acara-acara insidental yang agak besar dan khusus, sperti penjubahan, jika anggotanya lengkap, koornya adalah para frater.
Tidak jarang pula selama dalam perjalanan kehidupan panggilan di Seminari, ada yang menemukan bahwa imamat bukanlah panggilan hidupnya. Oleh karena itu mereka mengundurkan diri dari Seminari. Mereka yang mundur pun rekan-rekan kami dan tetap menjadi rekan perjalanan. Saling memperkaya motivasi panggilan dan meneguhkan panggilan dalam menempuh kehidupan, diadakan acara perpisahan.
Orientasi Rohani dan Skolastik, saat ini terpaksa digabung dalam satu seminari meskipun beda unit. Hal ini dilakukan mengingat Seminari Tinggi Ji Suryalaya Sari hendak digunakan sebagai kantor komisi-komisi. Lagi pula masih banyak unit yang kosong di Fermentum Citepus ini. Akhirnya memang diputuskan bahwa TOR digabung di Citepus.
Ada beberapa acara yang dilakukan bersamasama seperti konferensi, olah raga, dan perayaan ekaristi pada hari-hari tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan, masing-masing mempunyai warna acara tersendiri.
Konferensi diperlukan supaya setiap kegiatan bersama dapat dilihat sejauh mana kegiatan tersebut berdaya guna bagi perkembangan pribadi masing - masing frater. Kegiatan pastoral yang dilakukan pun perlu mendapat bimbingan sejauh mana semuanya itu mendukung panggilan imamat. Dalam forum mi, setiap frater diberi kesem-patan untuk menyatakan gagasannya terhadap rencanarencana kegiatan yang akan dilaku-kan bersama. Kami meran-cang kegiatan kami sendiri, kami yang melak-sanakan dan kami pula yang mengevaluasinya.
Untuk mengembangkan kerja sama antarfratcr, dibentuklah seksi-seksi yang disebut kebidelan. Kami mencoba untuk bertanggung jawab terhadap setiap kebidelan yang ditangani masing-masing frater. Kami mengembangkan diri kami maka tugas apa pun jadilah. Mereka yang belum mahir dalam soal pelistrikan, harus belajar dengan menjadi bidel listrik.
Kerja adalah sesuatu yang tidak boleh terlewatkan. Membersihkan rumh, mengepel, menyiram bunga dan tanaman, menyapu, mengatur ruangan, kosek WC, kuras bak kamar mandi, menyedot debu, semua pekerjaan tangan harus dilakoni agar tangan semakin terampil dan hati semakin diasah kepekaan dan kerendahannya. Sejauh manakah engkau rela melayani kawanku? 1 2… 3.... ayo pegang alat kerja masing-masing, kita bekerja tak jemu-jemu!!! Bekerja yang dilakukan umumnya per unit sehingga ini mendukung vlsi dibentuknya pola unit bahwa di dalam unit terjadi interaksi yang lebih intensif dalam bekerja sama, tolong menolong, dan toleransi.
Setelah lelah seharian bekerja dan belajar, wajar bila sebentar melepaskan penat dengan rekreasi. Ya ngobrol, ya nonton televisi, ya baca-baca. Rekreasi dan relaksasai mewarnai kehidupan para frater. Nonton televisi hanya diijinkan pada hari Rabu malam, Sabtu malam, Minggu, dan pada hari-hari khusus. Itu saja dirasa cukup bagi para frater.
Selain rekreasi pribadi macam nonton TV seperti itu, kadang-kadang para frater mengadakan acara rekreasi bersama dengan pergi ke suatu tempat rekreasi, ke pantai, ke kawah, ke hutan, ke danau, atau ke gunung. Semua itu dijalani supaya para penghuni Fermentum dapat mengen-dorkan syaraf otak sembari mengenal dan menjalin persahabatan yang lebih akrab di antara para frater sendiri.
Salah satu acara yang tak kalah penting adalah ziarah. Para frater di bulan Oktober atau Mei pergi ke tempat ziarah. Peziarahan adalah suatu usaha penyadaran din bahwa seperti itulah hidup. Ada sesuatu yang harus dicapai yaitu Knistus, Peziarahan adalah refleksi batin perjalanan hidup manusia di dunia ini Hendak ke mana engkau?, itulah pertanyaan yang ingin direnungkan di hadapan Allah. Dalam peziarahan mi pula ditumbuhkan semangat bela nasa, bagaimana penderitaan dialami oleh Knistus sehingga kita pun dapat turut serta dalam sengsara-Nya dalam jalan hidup panggilan kita masing-masing.
Ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama, ada pula hal-hal yang mesti dilakukan sendiri. Bersih-bersih rumah, cuci perabotan, membereskan dan memperindah kebun, apalagi latihan koor, dilakukan secara bersama-sama dan dalam semangat kebersamaan Banyak keuntungan yang diraih dan aktivitas bersama ini, hubungan antar saudara makin akrab, satu sama lain dapat saling mengenal dan dikenal, dan semua yang dikerjakan pun terasa lebih ringan dan lebih indah. Yang Iebih penting lagi, bekerja bersama dapat saling menguatkan dan meneguhkan para frater dalam menjalani masa ‘perjuangan” bersama-sama. Dengan demikian, kebersamaan fisik, meski tetap penting, bukanlah tujuan utama yang hendak dituju. Yang pertama-tama ingin dicapai adalah kebersamaan hati yang mendorong semua anggota komunitas untuk berkembang bersama.
Untuk membantu perkembangan pribadi, para frater juga diberi keleluasaan untuk mengatur aktivitas harian yang bersifat pribadi. Waktu doa, meditasi, bacaan rohani, studi, pelayanan “pastoral”, pengaturannya diserahkan kepada tiap-tiap frater sendiri. Tentu hal ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi para frater. Selalu ditegaskan bahwa penyerahan manajemen pribadi tidak berarti setiap frater bisa bebas berbuat sesuka hati, juga tidak berarti bahwa Rektor berlepas tangan. Setiap frater sendirilah yang mengetahui proporsi kebutuhan masingmasing: berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk doa, studi, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment