melihat kebelakang

yaa.. seminari tinggi fermentum adalah seminari pendidikan calon imam keuskupan bandung. Perjalanan yang sangat panjang menghiasi berdirinya bangungan fisik dan bangunan rohani fermentum ini sendiri.
Selanjutnya...?

September 1, 2008

Penjubahan




Ya.. beberapa frater menerima jubah sebagai sebuah simbol cara hidup bakti calon imam di Seminari Tinggi Fermentum ini. Misa yang dilangsungkan pada tanggal 18 Juli 2008 ini dihadiri oleh banyak umat, khususnya dari para pengajar Tahun Orientasi Rohani, rekan di TOR gabungan (projo Bogor, OSC dan OSU) serta para donator dan pemerhati Fermentum. Misa penjubahan ini dipimpin langsung oleh Mgr. Pujaraharja yang baru beberapa hari lalu menerima pentahbisan sebagai Uskup Bandung. Wow.. sebuah rahmat yang luar biasa bagi empat frater yang menerima jubah karena diserahkan sendiri oleh Bapa Uskup Bandung yang baru.
Selesai misa penjubahan dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan malam bersama. Beberapa teman dari frater yang meneri jubah memberikan sumbangan acara, dan ternyata pst. Iwan yang sedang ada di Bandung (bertugas di Papua) ikut hadir sebagai konselebran dan meramaikan acara ini. Sukses ya semua..

1 7 Agustusan...lagi?




Sebagaimana biasanya di Fermentum setiap tahun, momen kemerdekaan Republik Indonesia ini menjadi sebuah ajang pertemanan dan pesta rakyat Citepus yang luar biasa. Pada tahun ini, diadakansebuah lomba besar di tingkat RW 10. RW 10 ini memiliki belasan RT, nah setiap RT itu bertanding beberapa minggu sebelum 17 Agustus 2008. Karena pertandingan diadakan di Fermentum, masyarakat juga menyesuaikan dengan dinamika Fermentum sendiri. Setiap haru Rabu, Sabtu dan Minggu pertandingan tersebut digelar.
Pertandingan beragam, ada sepakbola (futsal) dibawah 15 tahun, futsal pria dan futsal ibu-ibu. Jangan heran kalau hari pertandingan itu fermentum sungguh menjelma menjadi pasar. Sebuah ruang public asli Bandung khas citepus. Ratusan warga memenuhi fermentum untuk melihat laga pertandingan warga dari RT mereka masing-masing. Yang paling seru adalah pertandingan futsal ibu-ibu dan anak-anak, mengapa? Karena yang nonton adalah orang-orang tuanya yang sedemikian semangatnya berteriak-teriak.
Sekali lagi, jangan heran kalau pasar yang dimaksudkan itu adalah sungguh seperti pasar, Fermentum menjadi milik bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat. Dengan mudah dijumpai abang cilok, batagor, somay, es jeruk dan bahkan “odong-odong” (sejenis becak yang berisi mainan modifikasi untuk anak-anak dalam berbagai bentuk). Tidak bisa dipungkiri, saat-saat seperti ini adalah saat yang sungguh indah, mungkin sampah berserakan, beberapa orang emosi saat bertanding, orang-orang muda karang taruna berpacaran, ibu-ibu menyuapi anaknya, anak-anak bermain sepeda kesana-kemari, si kecil berkelahi dan berteriak-teriak, pedagang asik melayani konsumen dan beragam dinamika masyarakat tertuang di dalam Fermentum ini, tetapi segala keunikan ini mau menyatakan bagaimana Fermentum sungguh haruslah tidak sekadar hadir, tetapi sungguh terlibat dan jauh lebih dalam mengalami kebersamaan dengan masyarakat dimana ia menjadi bagian di dalamnya. Bukankah enkarnasi Kristus adalah terjun ke tempat lumpur dan tinggal bersama domba-domba yang bau dan kotor itu? Bahkan lebih dalam lagi, Ia mengenal setiap dari domba-dombaNya.